Remaja
Indonesia dekade tahun 2000an ini sangat berbeda dengan remaja generasi
sebelumnya. Era globalisasi menyediakan pilihan informasi yang sangat
kaya bagi siapa saja termasuk bagi para remaja. Globalisasi informasi
disadari atau tidak, telah merubah (meliberalisasi) cara berfikir, cara
bersikap dan cara bertindak generasi muda. Sebagai contoh para remaja
dan generasi muda saat ini mempunyai sifat yang sangat liberal
(permissif) berkaitan dengan seksualitas sebelum nikah. Data survey yang
dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak tahun 2008, menunjukkan bahwa
sekitar 62% remaja SMP dan SMA sudah tidak perawan lagi. Untuk para
remaja mampu menghadapi berbagai tantangan dan resiko (terutama resiko
TRIAD KRR), maka para remaja perlu dibantu dan difasilitasi dengan
berbagai pengetahuan keterampilan yang bisa dipakai untuk mengatasi
tantangan dan resiko-resiko kehidupan yang dihadapinya.
Remaja
merupakan usia yang rawan dan mudah terpengaruh hal-hal yang baru.
Mereka perlu diberikan pemahaman tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
(KRR) agar tidak terperosok kedalam penyalahgunaan narkotika dan seks
bebas yang bisa mengakibatkan suramnya masa depan.
Di satu sisi, remaja merupakan generasi harapan bangsa. Namun, disisi lain mereka juga menghadapi banyak permasalahan yang bukan tidak mungkin akan mengganggu perkembangan fisik maupun psikologis mereka selanjutnya.
Jika disatu sisi
kecenderungan remaja untuk melakukan berbagai tindakan yang
membahayakan kesehatan mereka semakin meningkat, namun disisi lain
ternyata pengetahuan para remaja sendiri dalam mengenal aspek kesehatan reproduksi yang harus mereka miliki sangatlah rendah.
Masalah kultur, pola komunikasi serta kurangnya pengetahuan menyebabkan
para remaja sulit berkomunikasi dengan orang disekitarnya bahkan dengan
orang tuanya sendiri. Selain itu terdapat pula isu-isu sekitar remaja
tentang globalisasi: liberalisasi norma, sikap dan perilaku, resiko
triad (seksualitas, HIV/AIDS dan Napza) serta ancaman ketahanan remaja.