Pramuka,
Masihkah Milik Kita ?
Bangsa Indonesia sedang menghadapi krisis yang serius. Keutuhan
NKRI terancam, lebih-lebih dengan adanya pandangan sekelompok orang yang
menjurus pada upaya penggantian filsafat Pancasila dan UUD 1945 hasil
perjuangan dan pengorbanan rakyat Indonesia. Pikiran, sikap, dan tingkahlaku
masyarakat, khususnya generasi muda, saat ini sangat memprihatinkan,
menemaskan, bahkan membahayakan kehormatan harkat derajat manusia Indonesia.
Situasi dan kondisi ini berdampak negatif pada perkembangan sosial, ekonomi,
budaya, dan mengancam eksistensi bangsa dan negara tercinta ini.
Menurut World Organization of the Scout Movement, kaum muda
sekarang mempunyai dua sisi perangai. Perangai positifnya adalah cerdas, tulus
dan terus terang, lincah dan bersemangat, riang, serta tinggi-besar. Sedangkan
perangai negatifnya meliputi rentang lingkup minatnya menyusut, perilakunya
cepat berubah, gejala mengucilkan diri dari masyarakat, lebih mementingkan
diri, lebih banyak diam dalam kamar, merasa lebih nyaman dengan mesin, menjadi
lebih tidak jantan bagi yang laki-laki, menjadi lebih kelaki-lakian bagi yang
perempuan, kurang sabar, kurang keberanian/percaya diri, menghindari pekerjaan
sukar, fisiknya makin lemah, kurang rasa kasih sayang, sangat kurang berteman,
menjadi lebih egois, menjadi lebih murung, lebih materialistik, kurang setia/loyal,
dan tidak punya rasa hormat kepada yang lebih tua.
Dalam pada itu, abad ke-21 adalah abad peningkatan kemajuan teknologi dan
komunikasi canggih, serta liberalisasi ekonomi yang tak mengenal batas negara.
Dampak positif maupun negatifnya merupakan tantangan berat terhadap Ipoleksosbudhankam
suatu negara. Tantangan yang dihadapi masyarakat, terutama kaum muda, adalah masalah kependudukan, meningkatnya kebutuhan, meningkatnya penyalahgunaan narkoba, tingkah laku seksual, perubahan nilai sosial, lapangan kerja, pelestarian lingkungan, dan kepedulian sosial. Sementara para pemerhati remaja bahkan menyatakan kondisi kaum muda Indonesia sedang berada di tepi jurang kehancuran karena narkoba.
Berbagai tantangan berat tersebut harus mendapat solusi berupa pendidikan
bagi kaum muda yang sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, serta situasi dan
kondisi perkembangan bangsa dan negara saat ini. Perlu adanya paradigma baru
dalam sistem pendidikan dan metode pendidikan bagi kaum muda yang bersumber dan
berlandas pada cita-cita luhur para pendiri negara-bangsa sebagai realisasi
nyata Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dengan tiga wadah terpadu, yakni
pendidikan formal, informal, dan non formal. Dalam hal ini kepramukaan merupakan
bagian yang integral di dalamnya.
Masalahnya, para pemimpin saat ini sebagian besar kurang menaruh
perhatian pada pembinaan dan pengembangan jiwa semangat Sumpah Pemuda itu.
Gedung bersejarah di Jakarta, tempat Sumpah pemuda 1928 dilaksanakan, saat ini
hanya dijadikan museum yang tidak terurus, bahkan hanya dijadikan obyek
tontotan belaka. Kenyataan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya situasi
dan kondisi bangsa dan negara serta kondisi kaum muda yang memprihatinkan.
Paradigma baru sistem pendidikan itu merupakan sasaran yang harus dicapai secara terpadu dengan difokuskan pada terciptanya tunas bangsa yang memiliki kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual yang tinggi. Hal ini penting agar dapat dihasilkan manusia Indonesia yang berbhinneka sebagai manusia imtaq (iman dan taqwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang berjiwa Pancasila.
Paradigma baru sistem pendidikan itu merupakan sasaran yang harus dicapai secara terpadu dengan difokuskan pada terciptanya tunas bangsa yang memiliki kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual yang tinggi. Hal ini penting agar dapat dihasilkan manusia Indonesia yang berbhinneka sebagai manusia imtaq (iman dan taqwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang berjiwa Pancasila.
Internalisasi Kembali Nilai –
Nilai Kepramukaan MENDENGAR kata pramuka, orang tentu berasumsi bulan Agustus,
lantaran aktivitasya nyaris hanya bisa dilihat masyarakat pada bulan tersebut.
Sedang bulan-bulan lain kata pramuka seolah hanya menjadi pengisi satu sudut
kecil kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, yang tidak semua Gugus Depan aktif
melaksanakannya.
Sekadar merefleksi saja, pramuka memang organisasi yang dari zaman kolonial sampai zaman yang reformasi 'diidolakan' oleh pemerintah. Simak saja berbagai upaya yang membangun pramuka secara holistik, baik dari segi usia maupun instansi pemerintah. Semua siswa usia 7-25 tahun dikelompokkan dalam kategori peserta didik, 25 tahun ke atas pembina, dan mereka yang usia lanjut dihimpun dalam Hiprada dan Pandu Wreda.
Sekadar merefleksi saja, pramuka memang organisasi yang dari zaman kolonial sampai zaman yang reformasi 'diidolakan' oleh pemerintah. Simak saja berbagai upaya yang membangun pramuka secara holistik, baik dari segi usia maupun instansi pemerintah. Semua siswa usia 7-25 tahun dikelompokkan dalam kategori peserta didik, 25 tahun ke atas pembina, dan mereka yang usia lanjut dihimpun dalam Hiprada dan Pandu Wreda.
Tidak ketinggalan, di berbagai
instansi dari kelurahan sampai pusat, para Kepala Kelurahan/ Kepala Desa,
Camat, Bupati/Walikota, Gubernur, Presiden tidak bisa 'mengelak' untuk menjadi
pramuka. Kepolisian dengan Saka Bhayangkara, Angkatan Laut dengan Saka Bahari,
Angkatan Udara dengan Saka Dirgantara, Kehutanan dengan Saka Wana Bakti,
Kesehatan dengan Saka Bakti Husada, Keluarga Berencana dengan Saka Kencana,
Pariwisata dengan Saka Pandu Wisata, dan Saka-saka lain yang merupakan
manifestasi pramuka dalam upaya memberikan pendidikan bagi generasi muda.
Parpol Pramuka?
Dalam kondisi negara yang tidak
menentu, apa yang dilakukan pramuka cenderung sama dengan kondisi negara
sebelumnya. Simak saja berbagai kegiatan pramuka dari siaga, penggalang,
penegak/ pandega, dan pembina selalu menampilkan aktivitas yang monoton. Para
pembina pramuka hanya berpikir kegiatan pesta siaga, jambore, raimuna, dan
karang pamitran dari zaman dulu sampai sekarang tanpa memiliki dinamika
aktivitas yang heterogen.
Secara konsep sebenarnya tidak
ada orang yang meragukan organisasi yang berlambang tunas kelapa tersebut. Hal
ini lantaran keberadaannya cukup terbukti mampu mengakomodasi kekuatan dan
aktivitasnya cenderung 'baik'. Hampir tidak pernah ada berita di media mengenai
tindak kejahatan dan kriminal yang berlabel pramuka.
Dengan
mengikuti gerakan Pramuka , maka kita dapat mendapatkan banyak manfaat
diantaranya adalah :
- Kita dapat membentuk karakter yang disiplin dan bertanggung jawab .
Dalam Pramuka telah diajarkan bagaimana kita
dalam memanfaatkan waktu serta bagaimana jika kita sedang mengemban suatu tugas
, dengan mengikuti kegiatan kepramukaan maka tanpa kita sadari telah belajar
hidup disiplin , karena dengan disiplin akan berguna bagi diri sendiri maupun
orang lain .
- Kita dapat lebih mencintai alam dan lingkungan sekitar kita
Dengan mengikuti kepramukaan kita juga belajar
bagaimana kita merawat alam sekitar dan juga lingkungan hidup melalui kegiatan
maupun acara - acara kepramukaan , misalnya dengan mengikuti acara reboisasi
kemudian acara survival dengan mengikuti acara tersebut kita bisa lebih
mencintai alam sekitar .
- Kita juga dapat meningkatkan kreatifitas sehingga ketika kita lulus sekolah maka kita sudah dapat berguna untuk masyarakat dan juga berguna untuk keluarga .
Ketika
kita mengikuti kepramukaan maka akan ada ajang kreatifitas maupun usaha mandiri
atau berwirausaha seperti pada Lomba Pentalaga , dengan acara tersebut maka
kita berfikir bagaimana cara memulai usaha , mengembangkan usaha dan juga
mengelola usaha tersebut dengan baik , sehingga kelak kita bisa berguna di
tengah - tengah masyarakat .
- Melatih Kemandirian
Dengan
mengikuti kegiatan Pramuka , maka kita juga diajarkan tentang P3K contohnya
jika ada seseorang yang mengalami kecelakaan ditempat yang jauh dari rumah
sakit maka kita dapat memberinya pertolongan pertama sehingga luka yang
diderita tidak terlalu parah .
- Pramuka mempelajari berbagai hal dalam berbagai organisasi
Dan
yang tak kalah menariknya adalah Dengan mengikuti Pramuka , secara tidak
langsung berarti kita juga mempelajari berbagai bidang dalam berbagai
organisasi misalnya saja pramuka tidak hanya mempelajari bidang kepramukaan
tetapi juga mempelajari bidang P3K ( PMR ) , Baris Berbaris ( Paskibra ) , Seni
Tulis ( Jurnalis ) , Keamanan ( Kopasuswa ) bukan hanya itu jika anda ingin
menekuni bidang tertentu anda bisa mengikuti salah satu Satuan Karya ( Saka )
dengan mengikuti Saka maka anda juga bisa mengembangkan kreatifitas anda .
Jika
kita sudah mengetahui berbagai manfaat jika mengikuti Pramuka . Masihkah kita
malas atau enggan mengikuti Pramuka ???
Yang menjadi bahan renungan
barangkali bukankah para pelaku tindak kejahatan tersebut ketika sekolah juga
pernah menjadi anggota pramuka? Nilai apakah yang mereka serap dan teladani
dari kegiatan pramuka? Bukankah pramuka selalu berkampanye dengan untaian lagu:
'pramuka siapa yang punya, pramuka siapa yang punya, pramuka siapa yang punya,
yang punya kita semua'. Kata 'kita' yang dimaksud adalah seluruh bangsa
Indonesia.
Konsekuensi logis dari lagu
tersebut adalah rasa handarbeni terhadap gerakan pramuka sehingga segala
pikiran, ucapan, dan tindakan senantiasa berpedoman pada Tri Satya dan Dasa
Darma. Realitas di lapangan belum sepenuhnya anggota gerakan pramuka
mengamalkan nilai-nilai luhur tersebut.
"Bawa Laksana" Sejujurnya,
konsep ikhlas bakti bina bangsa berbudi bawa laksana sangatlah cocok untuk
negeri Indonesia, bukan 'ikhlas harta demi kedudukan'. Hal menarik dari konsep
tersebut semata-mata mengajak seluruh komponen bangsa agar memberikan setitik
bakti untuk negeri ini, senantiasa teguh pada pendirian, dan menepati apa yang
dikatakan.
Dalam etika Jawa dikenal satu
ungkapan yang berbunyi sabda pandhita ratu, tan kena wola-wali, yang dapat
dimaknai bahwa seorang pemimpin haruslah konsekuen untuk mewujudkan apa yang
telah diucapkan. Kristalisasi dari ungkapan itu adalah perlunya pemimpin
memiliki sifat bawa laksana. Dalam filsafat jawa, seorang raja (dan tentunya,
demikian pulalah seorang pemimpin) harus memiliki sifat bawa laksana disamping
sifat-sifat baik lainnya.
Ini tercermin dari ungkapan yang
sering diucapkan Ki Dalang dalam setiap lakon wayang, yang berbunyi: dene
utamaning nata, berbudi bawa laksana (sifat utama bagi seorang raja adalah
bermurah hati dan teguh memegang janji).
Sifat bawa laksana dianggap
mempunyai nilai yang sangat tinggi, sehingga ia harus dimenangkan apabila
terjadi berbenturan dengan nilai-nilai lain, termasuk nilai-nilai keadilan dan
kebenaran. Etika bawa laksana ini mengandung nilai yang bersifat universal. Di
mana pun dan kapan pun juga, sikap tersebut pasti diakui sebagai mengandung
nilai filsafat yang baik dan perlu dipegang teguh oleh semua orang.
Lantas, bagaimana dengan etika
bawa laksana pemimpin negeri ini? Tanpa memberi komentar yang berlebihan,
masyarakat barangkali sudah dapat memberikan penilaian terhadap kinerja para
pemimpin negeri ini. Bercermin pada perilaku pramuka yang kental dengan nuansa
ikhlas bakti bina bangsa dan berbudi bawa laksana agaknya dapat dijadikan
pengobat kegelisahan negeri yang mendapat julukan zamrud katulistiwa. Selaras
dengan tema HUT ke-42 Pramuka yang dicanangkan Kwarda Jateng yakni:
'Bersatu dalam Kebersamaan dan
Bersama dalam Persatuan' Gerakan Pramuka selayaknya menjadi pelopor perlunya
merekatkan kembali nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa menuju terciptanya
kebersamaan untuk membangun bangsa di tengah-tengah kehidupan yang mengglobal.
Setidaknya ada beberapa hal yang patut direnungsarikan sebagai bekal gerakan
pramuka dalam menjadi pelopor persatuan dan kesatuan bangsa.
Pertama, pertajam serangkaian
kegiatan yang bernuansa persatuan secara spesifik dengan mengaktifkan kegiatan
di gugus depan sebagai basis pembinaan generasi muda.Kegiatan bersifat beregu
yang merupakan refleksi dari pentingnya kebersamaan perlu ditingkatkan lebih
aplikatif sebagai wujud pengalaman Dasa Darma pramuka.
Kedua, konsisten dan disiplin
dalam menjalankan tugas sebagai internalisasi dari semboyan pramuka: ikhlas
bakti bina bangsa berbudi bawa laksana. Hal ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan intensitas kegiatan bakti, baik kepada sesama dan lingkungan
sekitar sebagai bentuk pengalaman Dasa Darma ke-2, cinta alam dan kasih sayang
sesama manusia.
Ketiga, mengamalkan nilai-nilai luhur gerakan pramuka dalam kehidupan sehari-hari dan responsif terhadap berbagai fenomena yang terjadi di lapangan. Wujud nyatanya dengan berpikir, berucap, dan bertindak yang baik dalam selubung kehidupan yang pluralis. Selebihnya menindakkritisi berbagai gagasan-gagasan yang bersifat inovatif demi kemajuan pramuka di masa depan.
Ketiga, mengamalkan nilai-nilai luhur gerakan pramuka dalam kehidupan sehari-hari dan responsif terhadap berbagai fenomena yang terjadi di lapangan. Wujud nyatanya dengan berpikir, berucap, dan bertindak yang baik dalam selubung kehidupan yang pluralis. Selebihnya menindakkritisi berbagai gagasan-gagasan yang bersifat inovatif demi kemajuan pramuka di masa depan.
Keempat, senantiasa menjalin
interaksi dan koordinasi dengan organisasi lain dalam upaya membangun negeri
Indonesia. Hal ini didasari atas pentingnya kebersamaan selaras dengan pepatah:
'Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh' Kebersamaan tersebut juga dapat
menepis asumsi sementara orang bahwa pramuka adalah organisasi yang dijadikan
'anak emas' pemerintah.
Memandulah terus suatu saat akan
kau temukan sesuatu yang indah! Dirgahayu Gerakan Pramuka! Semoga masih menjadi
milik 'kita' semua sehingga mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa
demi masa depan Indonesia tercinta
Sekilas Tentang Kepramukaan
Kepramukaan adalah proses pendidikan luar sekolah dan di luar
keluarga yang berupa kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah,
praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar dan metode
kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak. Secara luas
pendidikan kepramukaan diartikan sebagai proses pembinaan sepanjang hayat yang
berkesinambungan atas sumberdaya/potensi peserta didik, baik sebagai individu
maupun anggota masyarakat, dengan sasaran akhir menjadikan mereka manusia
mandiri, peduli, bertanggung jawab, serta berpegang teguh pada nilai dan norma
masyarakat.
Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang
progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, baik
fisik, intelektual, emosi, maupun sosial dan spiritual sebagai individu dan
anggota masyarakat. Selain itu juga merupakan sistem pembinaan dan pengembangan
sumberdaya atau potensi kaum muda agar menjadi warganegara berkualitas yang
mampu memberikan sumbangan positif bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat
secara nasional maupun internasional.
Awalnya, kepramukaan atau scouting dikembangkan oleh Lord
Baden Powell sebagai cara membina kaum muda setelah beliau berhasil mengatasi
situasi dan kondisi kaum muda di kota London, 1903, saat beliau kembali ke
London sebagai pahlawan perang Boer. Waktu itu beliau menyaksikan kota London
yang menderita kehancuran ekonomi dan sosial, yang berdampak pada kehidupan
remaja yang terlibat aksi kekerasan, minuman keras, dan tindak kejahatan.
Dengan tegas beliau mengatakan, " ... Ini bukan kesalahan mereka. Mereka
hanya membutuhkan sesuatu yang dapat membuat mereka berguna. Kepramukaan-lah
yang tepat untuk itu ..." (Robert Baden Powell, oleh Julia Courtney,
1992). Pernyataannya itu dilaksanakan, dan berhasil.
Upaya dan keberhasilan Lord Baden Powell mendapat perhatian dan sambutan luas masyarakat Inggris, terutama mereka yang peduli pada pembinaan remaja. Scouting yang semula digunakan untuk melatih prajurit muda angkatan perang Inggris, diterapkan pada remaja Inggris, tentu disesuaikan dengan kepentingan, kebutuhan, serta situasi dan kondisi kaum muda Inggris saat itu.
Pengalaman penerapan scouting diujicobakan secara intensif dalam pelatihan 21 pemuda, dengan berkemah di pulau Brownsea pada 25 Juli 1907 selama 8 hari. Pengalaman sebelum dan sesudah perkemahan ini ditulis dalam buku "Scouting for Boys", 1908, yang kemudian tersebar ke negara-negara demokrasi di seluruh dunia. Dari situ scouting/kepramukaan memperoleh pengakuan masyarakat dunia, terutama para pendidik dan pakar ilmu pendidikan sebagai salah satu bentuk pendidikan nonformal yang efektif. Sejak itu berdirilah organisasi Gerakan Pramuka atau Boys Scout Movement. Di Indonesia sendiri, kepramukaan mulai masuk pada tahun 1912 dengan sebutan Nederland Oost Indie.
Upaya dan keberhasilan Lord Baden Powell mendapat perhatian dan sambutan luas masyarakat Inggris, terutama mereka yang peduli pada pembinaan remaja. Scouting yang semula digunakan untuk melatih prajurit muda angkatan perang Inggris, diterapkan pada remaja Inggris, tentu disesuaikan dengan kepentingan, kebutuhan, serta situasi dan kondisi kaum muda Inggris saat itu.
Pengalaman penerapan scouting diujicobakan secara intensif dalam pelatihan 21 pemuda, dengan berkemah di pulau Brownsea pada 25 Juli 1907 selama 8 hari. Pengalaman sebelum dan sesudah perkemahan ini ditulis dalam buku "Scouting for Boys", 1908, yang kemudian tersebar ke negara-negara demokrasi di seluruh dunia. Dari situ scouting/kepramukaan memperoleh pengakuan masyarakat dunia, terutama para pendidik dan pakar ilmu pendidikan sebagai salah satu bentuk pendidikan nonformal yang efektif. Sejak itu berdirilah organisasi Gerakan Pramuka atau Boys Scout Movement. Di Indonesia sendiri, kepramukaan mulai masuk pada tahun 1912 dengan sebutan Nederland Oost Indie.
Gerakan pramuka yang telah berkembang selama 92 tahun di dunia, dan
88 tahun di Indonesia, dalam perkembangannya mengalami berbagai tantangan, baik
lokal, nasional, maupun internasional. Tantangan terdahsyat adalah Perang Dunia
I pada 1914; berjuta manusia jadi korban. Para pramuka memberikan pengabdiannya
sebagai patriot bangsa dan sukarelawan kemanusiaan atas korban perang, hingga
gerakan pramuka di dunia tetap eksis sampai saat ini.
Setidaknya ada 10 penyebab gerakan pramuka dan kepramukaan tetap kuat bertahan. Pertama, diterima, diakui dan didukung masyarakat dunia sebagai alat efektif untuk pembinaan moral/mental dan budi pekerti kaum muda. Kedua, keanggotaannya bersifat sukarela serta tidak mengenal perbedaan suku, ras, agama dan golongan. Para penyelenggara dan pelaksana organisasi dan pendidikan adalah para sukarelawan. Ketiga, diterapkannya prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan dalam proses pendidikan yang membedakannya dari proses pendidikan non-kepramukaan. Keempat, setiap anggota gerakan pramuka dengan sukarela menerima dan berpegang teguh pada kode etik berupa prinsip dasar kepramukaan dan kode kehormatan pramuka dalam hidup serta kehidupannya. Kelima, adanya prinsip dasar kepramukaan, metode kepramukaan, dan kode kehormatan pramuka yang bersifat universal yang penerapannya disesuaikan dengan kepentingan nasional. Keenam, adanya tujuan, sasaran, dan misi yang jelas. Ketujuh, kegiatannya berorientasi pada kepentingan, kebutuhan, situsasi dan kondisi perkembangan masyarakat, khususnya kaum muda. Kepramukaan bersifat dinamis dan terus-menerus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Kedelapan, kemanunggalannya dengan masyarakat. Kesembilan, adanya kegiatan pembinaan dan pengembangan persahabatan nasional dan internasional untuk perdamaian dunia. Kesepuluh, kepramukaan bersifat nasional, internasional, dan universal.
Setidaknya ada 10 penyebab gerakan pramuka dan kepramukaan tetap kuat bertahan. Pertama, diterima, diakui dan didukung masyarakat dunia sebagai alat efektif untuk pembinaan moral/mental dan budi pekerti kaum muda. Kedua, keanggotaannya bersifat sukarela serta tidak mengenal perbedaan suku, ras, agama dan golongan. Para penyelenggara dan pelaksana organisasi dan pendidikan adalah para sukarelawan. Ketiga, diterapkannya prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan dalam proses pendidikan yang membedakannya dari proses pendidikan non-kepramukaan. Keempat, setiap anggota gerakan pramuka dengan sukarela menerima dan berpegang teguh pada kode etik berupa prinsip dasar kepramukaan dan kode kehormatan pramuka dalam hidup serta kehidupannya. Kelima, adanya prinsip dasar kepramukaan, metode kepramukaan, dan kode kehormatan pramuka yang bersifat universal yang penerapannya disesuaikan dengan kepentingan nasional. Keenam, adanya tujuan, sasaran, dan misi yang jelas. Ketujuh, kegiatannya berorientasi pada kepentingan, kebutuhan, situsasi dan kondisi perkembangan masyarakat, khususnya kaum muda. Kepramukaan bersifat dinamis dan terus-menerus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Kedelapan, kemanunggalannya dengan masyarakat. Kesembilan, adanya kegiatan pembinaan dan pengembangan persahabatan nasional dan internasional untuk perdamaian dunia. Kesepuluh, kepramukaan bersifat nasional, internasional, dan universal.
Gerakan kepanduan, sekarang pramuka, didirikan di bumi Nusantara
oleh kaum nasionalis Indonesia karena adicita bangsa (cita-cita luhur), ialah
persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur,
materiil dan spiritual serta beradab melalui pendiri NKRI yang mulai bangkit
dan siaga sejak berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Andilnya tidak
ternilai dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Jiwa ksatria yang patriotik
telah mengantarkan para pandu/pramuka ke medan juang, bahu-membahu dengan para
pemuda untuk mewujudkan adicita bangsa dalam menegakkan dan me-mandegani NKRI
selamanya.
Kaum muda sebagai potensi bangsa mempunyai kewajiban melanjutkan adicita bangsa Indonesia melalui kemitraan pendidikan dengan orang dewasa. Gerakan pramuka, sebagai kelanjutan/pembaruan gerakan kepanduan nasional, dibentuk karena dorongan kesadaran bertanggung jawab atas kelestarian NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Perjalanan sejarah kepramukaan di Indoensia merupakan bagian terpadu dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Kaum muda sebagai potensi bangsa mempunyai kewajiban melanjutkan adicita bangsa Indonesia melalui kemitraan pendidikan dengan orang dewasa. Gerakan pramuka, sebagai kelanjutan/pembaruan gerakan kepanduan nasional, dibentuk karena dorongan kesadaran bertanggung jawab atas kelestarian NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Perjalanan sejarah kepramukaan di Indoensia merupakan bagian terpadu dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Dengan asas Pancasila, gerakan pramuka menyelenggarakan upaya
pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan. Sasarannya adalah meningkatkan
kualitas sumberdaya kaum muda; mewujudkan masyarakat madani; melestarikan
keutuhan NKRI yang berbhinneka tunggal ika, ideologi Pancasila, kehidupan
rakyat yang rukun dan damai, serta lingkungan hidup bumi Nusantara.
Dalam Musyawarah Nasional Geakan pramuka, 7 Agustus 1963, Presiden Soekarno sebagai Ketua Majelis pembimbing Nasional Gerakan Pramuka memberikan amanat: "Gerakan pramuka sebagai organisasi, sebagai wadah, sebagai perumahan adalah gerakan jang nasional untuk seluruh bangsa kita di seluruh tanah air kita, untuk menghasilkan kader-kader pembangunan jang tjakap dan bersemangat bagi penjelenggaraan amanat penderitaan rakyat Indonesia seluruhnja. Djadi gerakan pramuka bukan hanja untuk satu atau beberapa golongan sadja dalam masjarakat kita. Tidak djuga hanja buat menghasilkan kader-kader satu golongan atau beberapa golongan sadja" Ditambahkan bahwa: "Gerakan pramuka adalah gerakan jang motor penggerak madjunja adalah para sukarelawan, dan daja-penggerak-bekerdja mereka adalah kesadaran mereka jang murni akan kebaikan dan kebenaran tudjuan, djalan dan usaha gerakan pramuka. Peliharalah kemurnian ini".
Dalam Musyawarah Nasional Geakan pramuka, 7 Agustus 1963, Presiden Soekarno sebagai Ketua Majelis pembimbing Nasional Gerakan Pramuka memberikan amanat: "Gerakan pramuka sebagai organisasi, sebagai wadah, sebagai perumahan adalah gerakan jang nasional untuk seluruh bangsa kita di seluruh tanah air kita, untuk menghasilkan kader-kader pembangunan jang tjakap dan bersemangat bagi penjelenggaraan amanat penderitaan rakyat Indonesia seluruhnja. Djadi gerakan pramuka bukan hanja untuk satu atau beberapa golongan sadja dalam masjarakat kita. Tidak djuga hanja buat menghasilkan kader-kader satu golongan atau beberapa golongan sadja" Ditambahkan bahwa: "Gerakan pramuka adalah gerakan jang motor penggerak madjunja adalah para sukarelawan, dan daja-penggerak-bekerdja mereka adalah kesadaran mereka jang murni akan kebaikan dan kebenaran tudjuan, djalan dan usaha gerakan pramuka. Peliharalah kemurnian ini".
Dengan Keputusan Presiden RI nomor 448/1961, gerakan pramuka
memperoleh anugerah tertinggi Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional
Indonesia sebagai lambang perjuangan untuk dipertahankan kemuliaannya dalam
segala lapangan. Dasar pertimbangan penganugerahan itu, pada bagian �memperhatikan� disebutkan: a. bahwa gerakan pendidikan kepanduan nasional
Indonesia sejak mulai diadakan dan selama masa perkembangannya sampai sekarang
telah senantiasa dalam usaha pendidikan nasional Indonesia yang bertujuan
menggalang dan menegakkan bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia,
dengan hasil yang bermanfaat bagi penjayaan bangsa dan negara; b. bahwa dengan
demikian gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia dapat diharapkan akan
kesanggupannya dan kemampuannya dalam menunaikan tugasnya untuk turut serta
mendidik anak dan pemuda Indonesia, di samping pendidikan di lingkungan
keluarga dan di samping pendidikan di lingkungan sekolah."
Sedangkan pada bagian 'menimbang' disebutkan: a. bahwa gerakan pramuka seperti yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia no.238/1961 tanggal 20 Mei 1962 adalah penyempurnaan dari usaha gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia yang sekarang turut serta menyelenggarakan pendidikan nasional Indonesia sesuai dengan manifesto politik yang telah menjadi garis-aris besar haluan negara, di samping pendidikan di lingkungan sekolah, demi kepentingan bangsa Indonesia dan NKRI; b. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas cukuplah alasan untuk memberikan tanda kehormatan pada gerakan pramuka berupa Panji yang merupakan lambang perjuangan dalam menjayakan bangsa Indoensia mengingat pasal 15 Undang-undang Dasar Republik Indoensia."
Sedangkan pada bagian 'menimbang' disebutkan: a. bahwa gerakan pramuka seperti yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia no.238/1961 tanggal 20 Mei 1962 adalah penyempurnaan dari usaha gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia yang sekarang turut serta menyelenggarakan pendidikan nasional Indonesia sesuai dengan manifesto politik yang telah menjadi garis-aris besar haluan negara, di samping pendidikan di lingkungan sekolah, demi kepentingan bangsa Indonesia dan NKRI; b. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas cukuplah alasan untuk memberikan tanda kehormatan pada gerakan pramuka berupa Panji yang merupakan lambang perjuangan dalam menjayakan bangsa Indoensia mengingat pasal 15 Undang-undang Dasar Republik Indoensia."
Kesimpulan
Bangsa Indonesia sedang menghadapi krisis serius yang mengancam keutuhan bangsa dan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Di dalamnya terdapat pula ancaman desintegrasi. Pikiran, sikap, dan tingkahlaku imoral yang saat ini berkembang dalam masyarakat terasa meresahkan dan mencemaskan, bahkan membahayakan kehormatan, harkat dan derajat nusa dan bangsa, sekaligus mengancam ketahanan mental, moral, fisik, emosi, intelektual kaum muda sebagai pewaris kepemimpinan bangsa masa depan.
Bangsa Indonesia sedang menghadapi krisis serius yang mengancam keutuhan bangsa dan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Di dalamnya terdapat pula ancaman desintegrasi. Pikiran, sikap, dan tingkahlaku imoral yang saat ini berkembang dalam masyarakat terasa meresahkan dan mencemaskan, bahkan membahayakan kehormatan, harkat dan derajat nusa dan bangsa, sekaligus mengancam ketahanan mental, moral, fisik, emosi, intelektual kaum muda sebagai pewaris kepemimpinan bangsa masa depan.
Solusi atas kondisi tersebut adalah pendidikan, baik bagi
masyarakat dewasa maupun kaum muda yang sesuai dengan kepentingan, kebutuhan,
situasi dan kondisi perkembangan saat ini. Perlu adanya paradigma baru sistem
dan metode pendidikan yang berlandas dan besumber pada filsafat bangsa
Pancasila dan cita-cita luhur para pendiri negara-bangsa ini sebagai realisasi
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Sasaran konkrit pendidikan paradigma baru tersebut, khususnya bagi
kaum muda, adalah terciptanya bangsa Indonesia berbhinnkea yang satu, sebagai
bangsa ber-intaq dan ber-iptek yang berjiwa Pancasila. Gerakan pramuka sebagai
organisasi pendidikan bagi kaum muda, demi kepentingan dan kebutuhan bangsa
saat ini, mempunyai misi mengindonesiakan anak bangsa yang berbhinneka sebagai
manusia intaq dan iptek yang berjiwa Pancasila.
Dengan asas Pancasila, gerakan pramuka menyelenggarakan upaya
pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan dalam bentuk kegiatan yang
sasarannya adalah: meningkatnya kualitas sumberdaya kaum muda; mewujudkan
masyarakat madani; melestarikan keutuhan NKRI, ideologi Pancasila, kehidupan
rakyat yang rukun dan damai, dan lingkungan hidup di bumi Nusantara.
Di abad ke-21 sebagai abad peningkatan kemajuan teknologi dan komunikasi canggih serta liberalisasi ekonomi, gerakan pramuka melaksanakan paradigma baru kepramukaan. Paradigma baru ini merupakan proses pendidikan dalam bentuk kegiatan, yaitu suatu proses pendidikan yang memberi pengalaman total (utuh) kepada para pramuka, dengan sasaran menjadi mereka kader bangsa sekaligus kader pembangunan yang memiliki sikap dan moral Pancasila, keterampilan manajerial dan kepemimpinan yang Pancasilais, keterampilan kepramukaan, keterampilan hidup, serta sikap dan jiwa kewirausahaan.
Di abad ke-21 sebagai abad peningkatan kemajuan teknologi dan komunikasi canggih serta liberalisasi ekonomi, gerakan pramuka melaksanakan paradigma baru kepramukaan. Paradigma baru ini merupakan proses pendidikan dalam bentuk kegiatan, yaitu suatu proses pendidikan yang memberi pengalaman total (utuh) kepada para pramuka, dengan sasaran menjadi mereka kader bangsa sekaligus kader pembangunan yang memiliki sikap dan moral Pancasila, keterampilan manajerial dan kepemimpinan yang Pancasilais, keterampilan kepramukaan, keterampilan hidup, serta sikap dan jiwa kewirausahaan.
Kepramukaan sebagai proses pendidikan dilaksanakan dalam gugusdepan
(satuan pramuka). Sedangkan pembinaan dan pengembangan keterampilan iptek
dilaksanakan dalam saka (satuan karya pramuka). Saka itu sendiri terdiri dari
saka bhayangkara (sadar hukum), saka dirgantara (kedirgantaraan), saka bahari
(kebaharian), saka bakti husada (kesehatan), saka tarunabumi (pertanian), saka
wanabakti (kehutanan), dan saka kencana (keluarga berencana).
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar