DIRGAHAYU Pramuka IAIN Antasari Banjarmasin RACANA PANGERAN ANTASARI DEWI SARANTI

Minggu, 14 Agustus 2011

“PRAMUKA MASIHKAH MILIK KITA?”


Pramuka, Masihkah Milik Kita ?
Bangsa Indonesia sedang menghadapi krisis yang serius. Keutuhan NKRI terancam, lebih-lebih dengan adanya pandangan sekelompok orang yang menjurus pada upaya penggantian filsafat Pancasila dan UUD 1945 hasil perjuangan dan pengorbanan rakyat Indonesia. Pikiran, sikap, dan tingkahlaku masyarakat, khususnya generasi muda, saat ini sangat memprihatinkan, menemaskan, bahkan membahayakan kehormatan harkat derajat manusia Indonesia. Situasi dan kondisi ini berdampak negatif pada perkembangan sosial, ekonomi, budaya, dan mengancam eksistensi bangsa dan negara tercinta ini.
Menurut World Organization of the Scout Movement, kaum muda sekarang mempunyai dua sisi perangai. Perangai positifnya adalah cerdas, tulus dan terus terang, lincah dan bersemangat, riang, serta tinggi-besar. Sedangkan perangai negatifnya meliputi rentang lingkup minatnya menyusut, perilakunya cepat berubah, gejala mengucilkan diri dari masyarakat, lebih mementingkan diri, lebih banyak diam dalam kamar, merasa lebih nyaman dengan mesin, menjadi lebih tidak jantan bagi yang laki-laki, menjadi lebih kelaki-lakian bagi yang perempuan, kurang sabar, kurang keberanian/percaya diri, menghindari pekerjaan sukar, fisiknya makin lemah, kurang rasa kasih sayang, sangat kurang berteman, menjadi lebih egois, menjadi lebih murung, lebih materialistik, kurang setia/loyal, dan tidak punya rasa hormat kepada yang lebih tua.
Dalam pada itu, abad ke-21 adalah abad peningkatan kemajuan teknologi dan komunikasi canggih, serta liberalisasi ekonomi yang tak mengenal batas negara. Dampak positif maupun negatifnya merupakan tantangan berat terhadap Ipoleksosbudhankam suatu negara.
Tantangan yang dihadapi masyarakat, terutama kaum muda, adalah masalah kependudukan, meningkatnya kebutuhan, meningkatnya penyalahgunaan narkoba, tingkah laku seksual, perubahan nilai sosial, lapangan kerja, pelestarian lingkungan, dan kepedulian sosial. Sementara para pemerhati remaja bahkan menyatakan kondisi kaum muda Indonesia sedang berada di tepi jurang kehancuran karena narkoba.
Berbagai tantangan berat tersebut harus mendapat solusi berupa pendidikan bagi kaum muda yang sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, serta situasi dan kondisi perkembangan bangsa dan negara saat ini. Perlu adanya paradigma baru dalam sistem pendidikan dan metode pendidikan bagi kaum muda yang bersumber dan berlandas pada cita-cita luhur para pendiri negara-bangsa sebagai realisasi nyata Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dengan tiga wadah terpadu, yakni pendidikan formal, informal, dan non formal. Dalam hal ini kepramukaan merupakan bagian yang integral di dalamnya.
Masalahnya, para pemimpin saat ini sebagian besar kurang menaruh perhatian pada pembinaan dan pengembangan jiwa semangat Sumpah Pemuda itu. Gedung bersejarah di Jakarta, tempat Sumpah pemuda 1928 dilaksanakan, saat ini hanya dijadikan museum yang tidak terurus, bahkan hanya dijadikan obyek tontotan belaka. Kenyataan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya situasi dan kondisi bangsa dan negara serta kondisi kaum muda yang memprihatinkan.
Paradigma baru sistem pendidikan itu merupakan sasaran yang harus dicapai secara terpadu dengan difokuskan pada terciptanya tunas bangsa yang memiliki kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual yang tinggi. Hal ini penting agar dapat dihasilkan manusia Indonesia yang berbhinneka sebagai manusia imtaq (iman dan taqwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang berjiwa Pancasila.
Internalisasi Kembali Nilai – Nilai Kepramukaan MENDENGAR kata pramuka, orang tentu berasumsi bulan Agustus, lantaran aktivitasya nyaris hanya bisa dilihat masyarakat pada bulan tersebut. Sedang bulan-bulan lain kata pramuka seolah hanya menjadi pengisi satu sudut kecil kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, yang tidak semua Gugus Depan aktif melaksanakannya.
Sekadar merefleksi saja, pramuka memang organisasi yang dari zaman kolonial sampai zaman yang reformasi 'diidolakan' oleh pemerintah. Simak saja berbagai upaya yang membangun pramuka secara holistik, baik dari segi usia maupun instansi pemerintah. Semua siswa usia 7-25 tahun dikelompokkan dalam kategori peserta didik, 25 tahun ke atas pembina, dan mereka yang usia lanjut dihimpun dalam Hiprada dan Pandu Wreda.
Tidak ketinggalan, di berbagai instansi dari kelurahan sampai pusat, para Kepala Kelurahan/ Kepala Desa, Camat, Bupati/Walikota, Gubernur, Presiden tidak bisa 'mengelak' untuk menjadi pramuka. Kepolisian dengan Saka Bhayangkara, Angkatan Laut dengan Saka Bahari, Angkatan Udara dengan Saka Dirgantara, Kehutanan dengan Saka Wana Bakti, Kesehatan dengan Saka Bakti Husada, Keluarga Berencana dengan Saka Kencana, Pariwisata dengan Saka Pandu Wisata, dan Saka-saka lain yang merupakan manifestasi pramuka dalam upaya memberikan pendidikan bagi generasi muda. Parpol Pramuka?
Dalam kondisi negara yang tidak menentu, apa yang dilakukan pramuka cenderung sama dengan kondisi negara sebelumnya. Simak saja berbagai kegiatan pramuka dari siaga, penggalang, penegak/ pandega, dan pembina selalu menampilkan aktivitas yang monoton. Para pembina pramuka hanya berpikir kegiatan pesta siaga, jambore, raimuna, dan karang pamitran dari zaman dulu sampai sekarang tanpa memiliki dinamika aktivitas yang heterogen.
Secara konsep sebenarnya tidak ada orang yang meragukan organisasi yang berlambang tunas kelapa tersebut. Hal ini lantaran keberadaannya cukup terbukti mampu mengakomodasi kekuatan dan aktivitasnya cenderung 'baik'. Hampir tidak pernah ada berita di media mengenai tindak kejahatan dan kriminal yang berlabel pramuka.
Dengan mengikuti gerakan Pramuka , maka kita dapat mendapatkan banyak manfaat diantaranya adalah :
  • Kita dapat membentuk karakter yang disiplin dan bertanggung jawab .
 Dalam Pramuka telah diajarkan bagaimana kita dalam memanfaatkan waktu serta bagaimana jika kita sedang mengemban suatu tugas , dengan mengikuti kegiatan kepramukaan maka tanpa kita sadari telah belajar hidup disiplin , karena dengan disiplin akan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain .
  • Kita dapat lebih mencintai alam dan lingkungan sekitar kita
 Dengan mengikuti kepramukaan kita juga belajar bagaimana kita merawat alam sekitar dan juga lingkungan hidup melalui kegiatan maupun acara - acara kepramukaan , misalnya dengan mengikuti acara reboisasi kemudian acara survival dengan mengikuti acara tersebut kita bisa lebih mencintai alam sekitar .
  • Kita juga dapat meningkatkan kreatifitas sehingga ketika kita lulus sekolah maka kita sudah dapat berguna untuk masyarakat dan juga berguna untuk keluarga .
Ketika kita mengikuti kepramukaan maka akan ada ajang kreatifitas maupun usaha mandiri atau berwirausaha seperti pada Lomba Pentalaga , dengan acara tersebut maka kita berfikir bagaimana cara memulai usaha , mengembangkan usaha dan juga mengelola usaha tersebut dengan baik , sehingga kelak kita bisa berguna di tengah - tengah masyarakat .
  • Melatih Kemandirian
Dengan mengikuti kegiatan Pramuka , maka kita juga diajarkan tentang P3K contohnya jika ada seseorang yang mengalami kecelakaan ditempat yang jauh dari rumah sakit maka kita dapat memberinya pertolongan pertama sehingga luka yang diderita tidak terlalu parah .
  • Pramuka mempelajari berbagai hal dalam berbagai organisasi
Dan yang tak kalah menariknya adalah Dengan mengikuti Pramuka , secara tidak langsung berarti kita juga mempelajari berbagai bidang dalam berbagai organisasi misalnya saja pramuka tidak hanya mempelajari bidang kepramukaan tetapi juga mempelajari bidang P3K ( PMR ) , Baris Berbaris ( Paskibra ) , Seni Tulis ( Jurnalis ) , Keamanan ( Kopasuswa ) bukan hanya itu jika anda ingin menekuni bidang tertentu anda bisa mengikuti salah satu Satuan Karya ( Saka ) dengan mengikuti Saka maka anda juga bisa mengembangkan kreatifitas anda .
Jika kita sudah mengetahui berbagai manfaat jika mengikuti Pramuka . Masihkah kita malas atau enggan mengikuti Pramuka ???
Yang menjadi bahan renungan barangkali bukankah para pelaku tindak kejahatan tersebut ketika sekolah juga pernah menjadi anggota pramuka? Nilai apakah yang mereka serap dan teladani dari kegiatan pramuka? Bukankah pramuka selalu berkampanye dengan untaian lagu: 'pramuka siapa yang punya, pramuka siapa yang punya, pramuka siapa yang punya, yang punya kita semua'. Kata 'kita' yang dimaksud adalah seluruh bangsa Indonesia.
Konsekuensi logis dari lagu tersebut adalah rasa handarbeni terhadap gerakan pramuka sehingga segala pikiran, ucapan, dan tindakan senantiasa berpedoman pada Tri Satya dan Dasa Darma. Realitas di lapangan belum sepenuhnya anggota gerakan pramuka mengamalkan nilai-nilai luhur tersebut.
"Bawa Laksana" Sejujurnya, konsep ikhlas bakti bina bangsa berbudi bawa laksana sangatlah cocok untuk negeri Indonesia, bukan 'ikhlas harta demi kedudukan'. Hal menarik dari konsep tersebut semata-mata mengajak seluruh komponen bangsa agar memberikan setitik bakti untuk negeri ini, senantiasa teguh pada pendirian, dan menepati apa yang dikatakan.
Dalam etika Jawa dikenal satu ungkapan yang berbunyi sabda pandhita ratu, tan kena wola-wali, yang dapat dimaknai bahwa seorang pemimpin haruslah konsekuen untuk mewujudkan apa yang telah diucapkan. Kristalisasi dari ungkapan itu adalah perlunya pemimpin memiliki sifat bawa laksana. Dalam filsafat jawa, seorang raja (dan tentunya, demikian pulalah seorang pemimpin) harus memiliki sifat bawa laksana disamping sifat-sifat baik lainnya.
Ini tercermin dari ungkapan yang sering diucapkan Ki Dalang dalam setiap lakon wayang, yang berbunyi: dene utamaning nata, berbudi bawa laksana (sifat utama bagi seorang raja adalah bermurah hati dan teguh memegang janji).
Sifat bawa laksana dianggap mempunyai nilai yang sangat tinggi, sehingga ia harus dimenangkan apabila terjadi berbenturan dengan nilai-nilai lain, termasuk nilai-nilai keadilan dan kebenaran. Etika bawa laksana ini mengandung nilai yang bersifat universal. Di mana pun dan kapan pun juga, sikap tersebut pasti diakui sebagai mengandung nilai filsafat yang baik dan perlu dipegang teguh oleh semua orang.
Lantas, bagaimana dengan etika bawa laksana pemimpin negeri ini? Tanpa memberi komentar yang berlebihan, masyarakat barangkali sudah dapat memberikan penilaian terhadap kinerja para pemimpin negeri ini. Bercermin pada perilaku pramuka yang kental dengan nuansa ikhlas bakti bina bangsa dan berbudi bawa laksana agaknya dapat dijadikan pengobat kegelisahan negeri yang mendapat julukan zamrud katulistiwa. Selaras dengan tema HUT ke-42 Pramuka yang dicanangkan Kwarda Jateng yakni:
'Bersatu dalam Kebersamaan dan Bersama dalam Persatuan' Gerakan Pramuka selayaknya menjadi pelopor perlunya merekatkan kembali nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa menuju terciptanya kebersamaan untuk membangun bangsa di tengah-tengah kehidupan yang mengglobal. Setidaknya ada beberapa hal yang patut direnungsarikan sebagai bekal gerakan pramuka dalam menjadi pelopor persatuan dan kesatuan bangsa.
Pertama, pertajam serangkaian kegiatan yang bernuansa persatuan secara spesifik dengan mengaktifkan kegiatan di gugus depan sebagai basis pembinaan generasi muda.Kegiatan bersifat beregu yang merupakan refleksi dari pentingnya kebersamaan perlu ditingkatkan lebih aplikatif sebagai wujud pengalaman Dasa Darma pramuka.
Kedua, konsisten dan disiplin dalam menjalankan tugas sebagai internalisasi dari semboyan pramuka: ikhlas bakti bina bangsa berbudi bawa laksana. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas kegiatan bakti, baik kepada sesama dan lingkungan sekitar sebagai bentuk pengalaman Dasa Darma ke-2, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
Ketiga, mengamalkan nilai-nilai luhur gerakan pramuka dalam kehidupan sehari-hari dan responsif terhadap berbagai fenomena yang terjadi di lapangan. Wujud nyatanya dengan berpikir, berucap, dan bertindak yang baik dalam selubung kehidupan yang pluralis. Selebihnya menindakkritisi berbagai gagasan-gagasan yang bersifat inovatif demi kemajuan pramuka di masa depan.
Keempat, senantiasa menjalin interaksi dan koordinasi dengan organisasi lain dalam upaya membangun negeri Indonesia. Hal ini didasari atas pentingnya kebersamaan selaras dengan pepatah: 'Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh' Kebersamaan tersebut juga dapat menepis asumsi sementara orang bahwa pramuka adalah organisasi yang dijadikan 'anak emas' pemerintah.
Memandulah terus suatu saat akan kau temukan sesuatu yang indah! Dirgahayu Gerakan Pramuka! Semoga masih menjadi milik 'kita' semua sehingga mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa demi masa depan Indonesia tercinta
Sekilas Tentang Kepramukaan
Kepramukaan adalah proses pendidikan luar sekolah dan di luar keluarga yang berupa kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak. Secara luas pendidikan kepramukaan diartikan sebagai proses pembinaan sepanjang hayat yang berkesinambungan atas sumberdaya/potensi peserta didik, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dengan sasaran akhir menjadikan mereka manusia mandiri, peduli, bertanggung jawab, serta berpegang teguh pada nilai dan norma masyarakat.
Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, baik fisik, intelektual, emosi, maupun sosial dan spiritual sebagai individu dan anggota masyarakat. Selain itu juga merupakan sistem pembinaan dan pengembangan sumberdaya atau potensi kaum muda agar menjadi warganegara berkualitas yang mampu memberikan sumbangan positif bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat secara nasional maupun internasional.
Awalnya, kepramukaan atau scouting dikembangkan oleh Lord Baden Powell sebagai cara membina kaum muda setelah beliau berhasil mengatasi situasi dan kondisi kaum muda di kota London, 1903, saat beliau kembali ke London sebagai pahlawan perang Boer. Waktu itu beliau menyaksikan kota London yang menderita kehancuran ekonomi dan sosial, yang berdampak pada kehidupan remaja yang terlibat aksi kekerasan, minuman keras, dan tindak kejahatan. Dengan tegas beliau mengatakan, " ... Ini bukan kesalahan mereka. Mereka hanya membutuhkan sesuatu yang dapat membuat mereka berguna. Kepramukaan-lah yang tepat untuk itu ..." (Robert Baden Powell, oleh Julia Courtney, 1992). Pernyataannya itu dilaksanakan, dan berhasil.

Upaya dan keberhasilan Lord Baden Powell mendapat perhatian dan sambutan luas masyarakat Inggris, terutama mereka yang peduli pada pembinaan remaja. Scouting yang semula digunakan untuk melatih prajurit muda angkatan perang Inggris, diterapkan pada remaja Inggris, tentu disesuaikan dengan kepentingan, kebutuhan, serta situasi dan kondisi kaum muda Inggris saat itu.

Pengalaman penerapan scouting diujicobakan secara intensif dalam pelatihan 21 pemuda, dengan berkemah di pulau Brownsea pada 25 Juli 1907 selama 8 hari. Pengalaman sebelum dan sesudah perkemahan ini ditulis dalam buku "Scouting for Boys", 1908, yang kemudian tersebar ke negara-negara demokrasi di seluruh dunia. Dari situ scouting/kepramukaan memperoleh pengakuan masyarakat dunia, terutama para pendidik dan pakar ilmu pendidikan sebagai salah satu bentuk pendidikan nonformal yang efektif. Sejak itu berdirilah organisasi Gerakan Pramuka atau Boys Scout Movement. Di Indonesia sendiri, kepramukaan mulai masuk pada tahun 1912 dengan sebutan Nederland Oost Indie.
Gerakan pramuka yang telah berkembang selama 92 tahun di dunia, dan 88 tahun di Indonesia, dalam perkembangannya mengalami berbagai tantangan, baik lokal, nasional, maupun internasional. Tantangan terdahsyat adalah Perang Dunia I pada 1914; berjuta manusia jadi korban. Para pramuka memberikan pengabdiannya sebagai patriot bangsa dan sukarelawan kemanusiaan atas korban perang, hingga gerakan pramuka di dunia tetap eksis sampai saat ini.

Setidaknya ada 10 penyebab gerakan pramuka dan kepramukaan tetap kuat bertahan. Pertama, diterima, diakui dan didukung masyarakat dunia sebagai alat efektif untuk pembinaan moral/mental dan budi pekerti kaum muda. Kedua, keanggotaannya bersifat sukarela serta tidak mengenal perbedaan suku, ras, agama dan golongan. Para penyelenggara dan pelaksana organisasi dan pendidikan adalah para sukarelawan. Ketiga, diterapkannya prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan dalam proses pendidikan yang membedakannya dari proses pendidikan non-kepramukaan. Keempat, setiap anggota gerakan pramuka dengan sukarela menerima dan berpegang teguh pada kode etik berupa prinsip dasar kepramukaan dan kode kehormatan pramuka dalam hidup serta kehidupannya. Kelima, adanya prinsip dasar kepramukaan, metode kepramukaan, dan kode kehormatan pramuka yang bersifat universal yang penerapannya disesuaikan dengan kepentingan nasional. Keenam, adanya tujuan, sasaran, dan misi yang jelas. Ketujuh, kegiatannya berorientasi pada kepentingan, kebutuhan, situsasi dan kondisi perkembangan masyarakat, khususnya kaum muda. Kepramukaan bersifat dinamis dan terus-menerus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Kedelapan, kemanunggalannya dengan masyarakat. Kesembilan, adanya kegiatan pembinaan dan pengembangan persahabatan nasional dan internasional untuk perdamaian dunia. Kesepuluh, kepramukaan bersifat nasional, internasional, dan universal.
Gerakan kepanduan, sekarang pramuka, didirikan di bumi Nusantara oleh kaum nasionalis Indonesia karena adicita bangsa (cita-cita luhur), ialah persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil dan spiritual serta beradab melalui pendiri NKRI yang mulai bangkit dan siaga sejak berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Andilnya tidak ternilai dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Jiwa ksatria yang patriotik telah mengantarkan para pandu/pramuka ke medan juang, bahu-membahu dengan para pemuda untuk mewujudkan adicita bangsa dalam menegakkan dan me-mandegani NKRI selamanya.

Kaum muda sebagai potensi bangsa mempunyai kewajiban melanjutkan adicita bangsa Indonesia melalui kemitraan pendidikan dengan orang dewasa. Gerakan pramuka, sebagai kelanjutan/pembaruan gerakan kepanduan nasional, dibentuk karena dorongan kesadaran bertanggung jawab atas kelestarian NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Perjalanan sejarah kepramukaan di Indoensia merupakan bagian terpadu dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Dengan asas Pancasila, gerakan pramuka menyelenggarakan upaya pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan. Sasarannya adalah meningkatkan kualitas sumberdaya kaum muda; mewujudkan masyarakat madani; melestarikan keutuhan NKRI yang berbhinneka tunggal ika, ideologi Pancasila, kehidupan rakyat yang rukun dan damai, serta lingkungan hidup bumi Nusantara.

Dalam Musyawarah Nasional Geakan pramuka, 7 Agustus 1963, Presiden Soekarno sebagai Ketua Majelis pembimbing Nasional Gerakan Pramuka memberikan amanat: "Gerakan pramuka sebagai organisasi, sebagai wadah, sebagai perumahan adalah gerakan jang nasional untuk seluruh bangsa kita di seluruh tanah air kita, untuk menghasilkan kader-kader pembangunan jang tjakap dan bersemangat bagi penjelenggaraan amanat penderitaan rakyat Indonesia seluruhnja. Djadi gerakan pramuka bukan hanja untuk satu atau beberapa golongan sadja dalam masjarakat kita. Tidak djuga hanja buat menghasilkan kader-kader satu golongan atau beberapa golongan sadja" Ditambahkan bahwa: "Gerakan pramuka adalah gerakan jang motor penggerak madjunja adalah para sukarelawan, dan daja-penggerak-bekerdja mereka adalah kesadaran mereka jang murni akan kebaikan dan kebenaran tudjuan, djalan dan usaha gerakan pramuka. Peliharalah kemurnian ini".
Dengan Keputusan Presiden RI nomor 448/1961, gerakan pramuka memperoleh anugerah tertinggi Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional Indonesia sebagai lambang perjuangan untuk dipertahankan kemuliaannya dalam segala lapangan. Dasar pertimbangan penganugerahan itu, pada bagian memperhatikan disebutkan: a. bahwa gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia sejak mulai diadakan dan selama masa perkembangannya sampai sekarang telah senantiasa dalam usaha pendidikan nasional Indonesia yang bertujuan menggalang dan menegakkan bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia, dengan hasil yang bermanfaat bagi penjayaan bangsa dan negara; b. bahwa dengan demikian gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia dapat diharapkan akan kesanggupannya dan kemampuannya dalam menunaikan tugasnya untuk turut serta mendidik anak dan pemuda Indonesia, di samping pendidikan di lingkungan keluarga dan di samping pendidikan di lingkungan sekolah."

Sedangkan pada bagian 'menimbang' disebutkan: a. bahwa gerakan pramuka seperti yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia no.238/1961 tanggal 20 Mei 1962 adalah penyempurnaan dari usaha gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia yang sekarang turut serta menyelenggarakan pendidikan nasional Indonesia sesuai dengan manifesto politik yang telah menjadi garis-aris besar haluan negara, di samping pendidikan di lingkungan sekolah, demi kepentingan bangsa Indonesia dan NKRI; b. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas cukuplah alasan untuk memberikan tanda kehormatan pada gerakan pramuka berupa Panji yang merupakan lambang perjuangan dalam menjayakan bangsa Indoensia mengingat pasal 15 Undang-undang Dasar Republik Indoensia."
Kesimpulan
Bangsa Indonesia sedang menghadapi krisis serius yang mengancam keutuhan bangsa dan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Di dalamnya terdapat pula ancaman desintegrasi. Pikiran, sikap, dan tingkahlaku imoral yang saat ini berkembang dalam masyarakat terasa meresahkan dan mencemaskan, bahkan membahayakan kehormatan, harkat dan derajat nusa dan bangsa, sekaligus mengancam ketahanan mental, moral, fisik, emosi, intelektual kaum muda sebagai pewaris kepemimpinan bangsa masa depan.
Solusi atas kondisi tersebut adalah pendidikan, baik bagi masyarakat dewasa maupun kaum muda yang sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi perkembangan saat ini. Perlu adanya paradigma baru sistem dan metode pendidikan yang berlandas dan besumber pada filsafat bangsa Pancasila dan cita-cita luhur para pendiri negara-bangsa ini sebagai realisasi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Sasaran konkrit pendidikan paradigma baru tersebut, khususnya bagi kaum muda, adalah terciptanya bangsa Indonesia berbhinnkea yang satu, sebagai bangsa ber-intaq dan ber-iptek yang berjiwa Pancasila. Gerakan pramuka sebagai organisasi pendidikan bagi kaum muda, demi kepentingan dan kebutuhan bangsa saat ini, mempunyai misi mengindonesiakan anak bangsa yang berbhinneka sebagai manusia intaq dan iptek yang berjiwa Pancasila.
Dengan asas Pancasila, gerakan pramuka menyelenggarakan upaya pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan dalam bentuk kegiatan yang sasarannya adalah: meningkatnya kualitas sumberdaya kaum muda; mewujudkan masyarakat madani; melestarikan keutuhan NKRI, ideologi Pancasila, kehidupan rakyat yang rukun dan damai, dan lingkungan hidup di bumi Nusantara.

Di abad ke-21 sebagai abad peningkatan kemajuan teknologi dan komunikasi canggih serta liberalisasi ekonomi, gerakan pramuka melaksanakan paradigma baru kepramukaan. Paradigma baru ini merupakan proses pendidikan dalam bentuk kegiatan, yaitu suatu proses pendidikan yang memberi pengalaman total (utuh) kepada para pramuka, dengan sasaran menjadi mereka kader bangsa sekaligus kader pembangunan yang memiliki sikap dan moral Pancasila, keterampilan manajerial dan kepemimpinan yang Pancasilais, keterampilan kepramukaan, keterampilan hidup, serta sikap dan jiwa kewirausahaan.
Kepramukaan sebagai proses pendidikan dilaksanakan dalam gugusdepan (satuan pramuka). Sedangkan pembinaan dan pengembangan keterampilan iptek dilaksanakan dalam saka (satuan karya pramuka). Saka itu sendiri terdiri dari saka bhayangkara (sadar hukum), saka dirgantara (kedirgantaraan), saka bahari (kebaharian), saka bakti husada (kesehatan), saka tarunabumi (pertanian), saka wanabakti (kehutanan), dan saka kencana (keluarga berencana).
Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pramuka IAIN Antasari Banjarmasin. Diberdayakan oleh Blogger.